Mengajak Si Lemah Masuk Sekolah Elit


Mengajak Si Lemah Masuk Sekolah Elit

Merdeka adalah Sekolah Merdeka

“Mengajak Si Lemah Masuk Sekolah Elit”, demikian mata saya tertuju pada deretan daftar isi pada sebuah majalah. Hasrat dunia pendidikan yang menggelayut dijiwa ini tertarik untuk membaca artikel tersebut, dan langsung tertuju pada halaman bahasannya.

Sekelebat ketika halaman itu terbuka, rasa kaget menyeruak. Lho ini kan gambar anak-anak Merdeka. Akhirnya dengan cepat saya baca dari huruf pertama hingga terakhir. Memang ini tulisan tentang Sekolah Merdeka. Namun yang cukup membuat dahi ini mengerinyit keatas adalah judulnya “Mengajak Si Lemah Masuk Sekolah Elit”.

Sekolah Merdeka Bukan Sekolah Elit, dalam terminologi keumuman lebel ‘ELIT’. Sekolah Merdeka adalah madrasah yang memerdekakan anak untuk belajar lebih baik dari seandainya tidak belajar. Mungkin kesan elit dianalogikan dengan aktivitas anak merdeka yang  disejajarkan dengan aktivitas sekolah Elit kebanyakan. Dimerdeka ada out bond, ada study visit, ada pergi ke Kidzania, ada pembuatan film, sejak kelas satu anak merdeka sudah familiar dengan dunia multimedia, dan aktivitas sekolah yang sering menggelar seminar-seminar yang konon hanya dapat diselenggarakan oleh sekolah Elit.

Apabila melihat kenyataan yang ada sekolah Merdeka, sungguh jauh dibanding dengan sekolah Elit pada umumnya. Dan memang sekolah Merdeka tidak di nisbatkan untuk lebeling Sekolah Elit. Sekolah merdeka hanya berupaya untuk mengelola sekolah madrasah yang apa adanya dengan cara-cara yang profesional. Terus terang tidak ada agenda muluk-muluk dan targeting yang berstandar Baku sebagaimana keelitan sekolah elit pada umumnya. Pendidikan adalah pendidikan standarnya adalah jelas membuat peserta didik menjadi lebih baik dalam rangkan meningkatkan kemampuan ranah kognitif, afektif, skill, attitude dan yang lebih urgent yaitu Ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Dan sekolah merdeka tidak ingin seperti sekolah ini atau sekolah itu, karena sekolah merdeka ada sekolah yang merdeka dengan segala lebih dan kurangnya. Kapan sekolah akan menjadi merdeka kalau mengimitasi pada standar-standar yang sebenarnya bukan dirinya.

Sekolah merdeka yang didalamnya terdapat berbagai latar belakang strata keluarga, apada hakikinya untuk meleburkan strata tersebut, bukan untuk membedakannya. Ini bukan ide dari merdeka namun ide dari kenyataan atau realitas. Sebagai makhluk sosial, manusia tak mungkin hidup sendiri. Kluster-kluster kehidupan merupakan sebuah perilaku penyimpangan sosial dan agama yang harus diupayakan untuk diluruskan melalui sekolah.

Orang kaya, orang cerdas ya orang kaya dan ya orang cerdas, bukan untuk dijadikan seragam. Namun yang ingin dibangun adalah rasa samanya tidak membedakan dengan yang berbeda. Perbedaan adalah bentuk dari keadilan Tuhan, yang alau t idak dibangun akan mengarah pada pensektean kehidupan. Orang kaya akan ngumpul dengan orang kaya dan orang miskin dengan orang miskin. Sekolah merdeka ingin memberikan pendidikan kepada masyarakat bahwa kita harus hidup realistis, berdasar konsep ruang yang merdeka.

Sekolah Merdeka bukan Sekolah Elit, menurut coverage keumuman. Pendidikan moderen yang diajarkan di merdeka buka sebuah kelatahan akademik, namun sebuah realitas yang yang harus dibekalkan ke pada anak-anak merdeka sesuai dengan jamannya. Jaman moderen bukan untuk dihindarkan dan  terbirit-birit untuk dijauhi, namun untuk dijalani dengan cara-cara yang beradab. Tuhan tidak mengajarkan kepada manusia berlari dari kenyataan, karena kenyataan itu sendiri memang ciptaan Tuhan.

Anak Merdeka pergi ke Kidzania, atau outbond, atau ke sentra-sentra aktivitas kehidupan, bukan untuk tidak dianggap anak kuper atau sekolah kurang gaul, namun untuk memberikan pelajaran kepada anak-anak tentang realitas yang ada disekitarnya. Anak diajari untuk tidak terlalu menyanjung yang ‘wah’ menurut keumumuman dan tidak ;ih’ terhadap sesuatu yang kurang. Namun mereka diajarkan berfikir bahwa ini semua adalah relaitas yang harus difahami dan disikapi dengan bijak.

Merdeka dalam Media

Sekolah Merdeka bukan Sekolah Alam. Aktivitas anak merdeka yang disorot orang lebih menyerupai sekolah alam adalah tidak 100 % benar adanya. Sekolah merdeka tidak memilih-milih tempat sekolah, karena pada dasarnya semua tempat bisa digunakan untuk belajar. Kebetulan sekolah merdeka berada ditempat-tempat yang menyerupai sekolah alam sehingga visualisasi sekolah merdeka dianggap menyerupai sekolah alam. Sekolah merdeka bukan sekolah yang diharuskan berada pada ruang tertentu dengan sekatan alam atau gedung atau saung atau yang lalinnya. Sekolah Merdeka ada sekolah ruang, ruang semesta ciptaan Tuhan yang bisa dijadikan lahan/madrasah belajar menuju lebih baik. Sekolah Merdeka bukan sekolah alam.

Begitulah orang-orang (stakeholders) memberikan apresiasi beragam pada Sekolah Merdeka. Sungguh sebuah kebanggaan bagi Madrasah Merdeka, karena mendapatkan perhatian dari banyak pihak. Sekolah Merdeka adalah sekolah milik masyarakat, tumbuh dan kembang bersama masyarakat. Anak Merdeka Tumbuh  Kembang Bersama Al-Qur’an. (Tanda Setiya)

Tinggalkan komentar