PENDIDIKAN SENYATANYA


BELAJAR DARI DUNIANYA

DSC00191

Rapikan Shaf meniti Kehidupan

Dunia pendidikan begitu yakin dengan apa yang dilakukan sebagai sesuatu yang terbaik dengan adanya sekolah. Karena dengan sekolah anak menjadi pintar, cerdas, berhasil, sukses, kaya dan terhormat.

Tapi pada kenyataannya yang kita hadapi dengan dunia pendidikan adalah sekolah menjadi sebuah keuntungan finansial bagi lembaga yayasan yang meyelenggarakan pendidikan, disadari atau tidak. Sekolah menjadi kepentingan politis bagi partai di dalam membangun citranya di masyarakat. Sekolah menjadi sebuah kebanggaan bagi orang tua karena anaknya masuk di sekolah yang baik, mewah, meskipun biaya pendidikan tidak masuk akal, irasional. Sekolah menjadi problem sosial bagi kehidupan masyarakat, karena lembaga pendidikan menciptakan kesenjangan sosial dan terjadi polarisasi di dalam kehidupan masyarakat. Di mana ada sekolah orang kaya dan ada sekolah orang miskin. Ada sekolah favorit ada sekolah kadang kambing. Sekolah juga menjadi sebuah indikator keberhasilan seseorang di dalam kehidupannya.

Pada hal kalau dipikirkan lebih dalam tentang keberadaa kita sebagai manusia itu di dalam Islam sudah jelas, bahwa takdir kehidupan manusia sudah ditentukan oleh Allah. Dan Allah memberikan kita akal untuk berpikir untuk melihat dan membaca ayat kaulia dan kaunia. Artinya mekanisme akal dan pikiran manusia itu dengan sendiri bekerja sesuai dengan apa yang menjadi sikap dan pandangan terhadap kehidupan ini. Dengan demikian manusia tidak perlu sekolah karena dengan sendirinya sudah berpikir. Tinggal bagaimana tekat dan kemaunnya yang dapat mewujudkan apa yang menjadi keinginannya dan Allah yang menentukan. Jadi apa sebenarnya pendidikan itu kaitan dengan sekolah. Kalau fitrahnya manusia dengan sendiri bisa belajar sendiri sesuai dengan kehidupannya.

DSC00174

Belajar untuk seimbang secara Bersama

Sekolah yang sekarang kita lihat dan alami sekarang sebenarnya sekolah itu bukan untuk berpikir, tapi untuk membebani akal dan pikiran kita. Karena disekolah kita dipaksa untuk belajar apa-apa saja yang tidak sesuai denan keinginan kita. Karena disekolah tidak pernah diajarkan untuk mempergunakan akal dan pikiran kita. Kita didokrin untuk menyimpan pengetahuan dan mengeluarkan lagi sesuai dengan apa yang diinginkan oleh guru. Kalau tidak sesuai dengan keinginan guru berarti anak itu bodoh, nakal, pembangkang, pemalas dan sebagainya. Karena anak itu mempergunakan akal dan pikirannya sesuai dengan keinginannya.Tapi kalau bisa mengeluarkan pengetahuan yang pernah diajarkan oleh gurunya dianggap sebagai anak yang pintar, cerdas, rajin dan juara. Walaupun akan pikirnya tidak pernah digunakan secara baik dan maksimal.

Begitulah pendidikan dengan sekolahnya yang mempergunakan keberhasilanan seseorang dengan nilai dan kemampuan menjawab dengan baik sesuai dengan kehendak guru. Karena guru sudah terpola dengan sekolah seperti itu sehingga cara berpikirnya sudah tidak lagi rasional melainkan irasional alias tidak masuk akal.

Pada hal kalau lihat anak-anak Merdeka Sekolah secara normatif biasa saja dalam belajar. Dia seperti anak yang terlihat tidak bisa diam, tidak menguasai materi, tidak menangkap dan sebagainya. Tapi ketika dia ada diluar kelas atau sekolah. Gambaran sebagai anak yang malas, tidak menguasai materi, tidak bisa menangkap pelajar, tidak pintar dan sebaginya itu, tidak tampak di dalam performant, penampilan yang ekspresi, cerdas dan matanya berbinar-binar sejalan dengan gerak langkah dan seluruh tubuhnya yang begitu hidup dan dinamis dalam bergerak.

KIta lihat anak-anak merdeka naik diantara tiang saung dan bergelantungan dengan begitu lincah, seolah tidak ada keraguan untuk meniti batang bambu dengan tangannya, melompat dari batang bambu satu keberikutnya atau melompat kebawah dengan tangkasnya.

Ada juga yang menaikan pohon dengan cekatan dan batang mana yang menjadi peganggannya. Dengan lincah anak laki-laki dan perempuan begitu mudahnya menaik dan turun dari pohon itu tidak ada kesulitan. Semau dilakukan dengan alami dan penuh perhitungan. Yang menggambarkan kecerdasan seorang anak di dalam menaklukan sebuah pohon. Seolah akanl pikirannya begitu cepatnya bekerja dengan baik dan cepat, tanpa ragu.

Begitu juga ada beberapa anak yang sedang asik bermain di rawa depan sekolah mencari belalang, kadang dan kepik emas. Hal itu dilakukan sebagai bentuk represntasi akal pikiran begitu saja bekerja tanpa sesuatu yang mengkomandani. Seolah-olah dengan mencari sesuatu di rawa itu menjadi sebuah kehidupan yang dia buka. Membuat akal pikiran begitu saja menangkap dan mencernanya, sehingga anak itu terlihat seperti seorang peneliti yang sedang menelit sesuatu yang begitu penting bagi kehidupan ini.

Begitu juga dengan beberapa anak yang asik membaca buku cerita dengan khusuh, sehingga dia tidak lagi menghiraukan lingkungannya, alias tidak terganggun dengan lingkungannya yang ramai. Mereka tenggelam dalam alur cerita buku itu, lembaran demi lembaran dia telusuri dengan baik. Memperlihatkan anak itu menjadi seorang anak yang cerdas, karena akal pikirannya berjalan dengan begitu saja tanpa ada komando.

Begitu juga dengan anak-anak sedang bermain kejar-kejaran. Dengan mudah dia memperlihatkan ketangkasannya untuk menghindari dari kejaran temannya. Karena akal pikiran dengan begitu saja berjalan dengan cepat. Anak-anak itu terlihat hidup dan semangat untuk mengatasi segala permasalahan.

Apakah itu bukan pendidikan yang ada disekolah, yang dikatakan oleh orang dewasa sebagai jedah waktu istirahat dari belajar. Karena anak-anak itu menikmati pelajaran itu dengan sungguh-sungguh. Apakah yang dilakukan di dalam kelas belajar dengan buku paket itu merupakan beban bagi anak sehingga anak terlihat tidak berdaya dan tidak mempunyai daya juang di dalam gerak hidupnya.

Tapi begitulah yang terjadi di dalam pendidikan Merdeka Sekolah. Baju kotor dan terluka di beberapa tubuhnya merupa sebuah kekuatan diri anak di dalam mengaktualisasikan dirinya. Yang diwadahi oleh sekolah sebagai media pertemuan dengan teman-teman seusianya.

1 thoughts on “PENDIDIKAN SENYATANYA

  1. ESTETIKA PENDIDIKAN

    Estetika adalah sebuah konsep keindahan yang memberikan kita pada sebuah pemahaman dan kesadaran tentang kebenaran. Karena keindahan adalah sebuah kesempurnaan, kebaikan dan kebaikan sama artinya dengan kebenaran. Kebenaran sesuatu yang menjadi jalan kehidupan manusia pada umumnya.

    Pendidikan adalah sebuah proses kesadaran manusia tentang kehidupan ini, yang harus dijalani dengan baik. Untuk itu diperlukan sebuah perangkat yang mampu memberikan aktualisasi akal dan pikiran manusia menjadi sesuatu langkah yang memberikan pemahaman dan kesadaran pada tujuan hidup. Karena pendidikan merupakan sebuah aktualisasi manusia terhadap kehidupan dan lingkungannya. Dengan pendidikan manusia mampu melangkah secara lebih baik untuk mencapai tujuan hidupnya, yaitu kehidupan yang sebenarnya, akhirat.

    Keindahan adalah sebuah perjuangan di dalam kehidupan ini. Dengan demikian keindahan sebagai perjuangan sejalan dengan pendidikan yang membangun kesadaran manusia tentang tujuan hidup yang sebenarnya. Untuk itu perjuangan hidup itu adalah kesadaran manusia di dalam kebenaran yang menjadi komitmennya.

    Untuk itu kita sebagai orang tua atau guru merupakan sebuah realitas yang harus banyak belajar dan belajar. Agar di dalam melihat pendidikan bukan pada masalah yang pragmatis, bagaimana anak itu menjadi pintar dan cerdas, bagaimana anak itu beraklaq atau tidak, bagaimana anak itu mampu mencapai target yang kita inginkan sebagai tujuan yang belum tentu baik bagi seorang anak.

    Kesibukan orang tua dan guru di dalam pendidikan adalah bagaimana menyiap segala hal untuk mencapai tujuan yang diinginkannya. Bukan apa yang dinginkan anak dan bukan apa yang dipikirkan anak tentang kehidupan ini.

    Sudah selayaknya kita melihat pendidikan sebagai sebuah jalan hidup yang dapat dilihat dengan baik. Dengan memberikan sesuatu yang baik dan indah pada anak menjadi sebuah nilai yang membangun kesadarannya pada sebuah pandangan yang lebih baik. Bahwa keindahan sebagai sebuah realitas yang memberikan pendidikan itu menjadi lebih mudah dipahaminya. Bahwa kehidupan ini begitu banyak sekali tantangan dan rintangan yang tidak semua orang bisa tanpa campur tangan Allah di dalam menentukan jalan hidup seseorang.

    Untuk itu lihatlah pendidikan sebagai jalan hidup kita bersama dengan anak-anak kita. Dengan jalan bersama anak-anak, mampu membangun kesadaran kita terhadap anak dan kehidupan ini sebagai orang tua atau guru. Bahwa pendidikan bukan saja pada materi pembelajaran, bukan saja pada tujuan pragmatisme, bukan saja pada kesolehan pribadi, bukan saja pada kepedulian masyarakat, bukan saja pada permasalahan alam lingkungan kita. Tapi bagaimana semua itu menjadi bagian yang berjalan dengan pertumbuhan kita sebagai orang tua dan anak sebagai generasi yang akan datang. Untuk bisa melihat kehidupan secara keseluruhan, utuh dalam cara pandang Tauhid, karena iman menjadi perekat kita untuk pendudukan permasalahan itu dengan baik. Karena dengan iman kepada Allah pendidikan kita menjadi partisipasi Allah dalam melihat mahluknya dengan baik, karena ikhtiarnya.

    Kesatuan dengan sesama, orang tua, guru dan masyarakat membuat pendidikan membuka ruang baru pada sekolah untuk bisa mengaktualisasikan pada kehidupaan anak. Karena pendidikan bukan semata bentuk aktualisasi dan kontekstulitas dari pendidikan baik itu dengan masyarakat, alam sekitarnya dan material yang lain untuk bisa dijadikan bahan pembelajaran. Akan tetapi bagaimana kita bisa melihat pendidikan itu menjadi keindahan hidup manusia lebih baik. Karena pendidikan mampu mengembangkan dan menumbuhkan akal dan pikirannya menjadi lebih baik dan berguna.

    Pendidikan kontektualitas pada kehidupan masyarakat yang sifatnya pragmatis yang dijelaskan oleh John Dewey tidak akan memberikan anak pada pencapaian pada nilai kehidupan yang lebih baik. Tapi hanya sebatas pada pemahaman pendidikan yang lebih baik dalam segi pemberian materi pembelajarannya.

    Pendekatan ini adalah pendekataan antropos yang segala sesuatu diukur dari cara pandang manusia. Bukan dilihat dari cara pandang manusia yang lebih sublim. Karena partisipasi Allah dalam tindak manusia selalu mengikuti, melalui do’a.

    Kelihatnya pendidikan madrasah lebih mengarah pada permasalahan nilai kehidupan manusia secara lebih bailk. Karena dalam konsep Islam pendidikan lebih nyata pada pengembangan di dalam pemikiran, dan menumbuhkan pada yakinan pada kehidupan yang lebih baik.

    Fondasi tauhid pada Allah merangsang pemikiran manusia untuk bisa belajar dengan baik dan berkesinambungan. Karena Islam di dalam pendidikan lebih mengutamakan pada nilai ketuhanan, bahwa Allah pencipta alam semesta ini dan manusia diamanatkan untuk bisa memelihara alam semesta ini sebagai aktualisasi ketaatan pada Allah. Sehingga kita dengan sendiri mampu untuk membaca “Iqro” bacalah atas nama Allah yang menciptakan alam semesta ini.

    Kekuatan iman dan ketaqwaan pada Allah sewajarnya membuat anak menjadi lebih kuat, berakhlaq di mana tumbuh kesadaran untuk belajar dan mengajar, sehingga membuat anak itu menjadi pintar, cerdas dan unggul sesuai dengan kemampuannya masing-masing.

    Dengan keindahan membuat pendidikan begitu natural, alami sebagai bagian dari kehidupan. Di mana kehidupan ini selalu mengacu pada nilai dan keyakinan pada Allah. Dalam segala macam aktifitas yang dilakukan. Karena dengan partisipasi Allah di dalam pendidikan menjadi kekuatan di dalam mengkonstruksi apa yang terjadi pembelajaran.

    Keindahan menejem menjadi sebuah realitas yang dijalan dengan kebersamaan. Dengan saling pengertian dan untuk melengkapi membuat pendidikan berjalan dengan baik. Meskipun ada kekurangan kita disana-sini bukan jadi masalah.

    Karena yang menjadi masalah dalam pendidikan kita sekarang ini adalah masalah target-target yang membuat kita sudah tidak lagi menyadari apa yang kita lakukan. Karena tuntutan untuk mencapai target yang harus dilakukan. Tapi bukan bagaimana melihat kehidupan dimanage dengan baik, sehingga anak-anak bisa menikmati keindahan di dalam pembelajaran. Seolah-olah pendidikan menjadi aktualisasi komunitas itu menjadi sesuatu yang terbaik untuk orang lain dengan cara berbagi.

    Melihat keindahan pendidikan bukan lagi menjadi sebuah permasalahan yang berat dan rumit. Tapi sebagai sebuah langkah maju kita di dalam melihat kehidupan ini dengan langkah yang baik. Meskipun ada kekwatiran diantara kita apakah yang kita korbankan ini membuat kita menjadi lebih baik dan lebih bahagia hidup ini. Atau sebaliknya hanya menimbulkan kekecewaan diantara kita. Tapi itu hanya buat orang yang melihat hidup ini hanya pada materi. Bukan pada nilai-nilai ketaqwaan pada Allah. Kalau kita dikecewakan dengan teman kita sama artinya sebuah proses kesadaran diri kita pada cara pandang yang lebih jauh lagi. Bahwa Allah itu tidak akan mengatakan orang itu beriman sebelum mendapatkan cobaan. Pengorbanan harta benda, kekecewaan diantara kita, kekurangan diantara kita menjadi sebuah proses perjalan hidup yang harus dikembangkan dalam hidup ini.

Tinggalkan komentar